Selamat Datang

Selamat datang di Banyumas City, blog ini ingin mencoba mengenalkan banyumas dari berbagai aspek dari mulai Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas, Seni, Budaya, Pariwisata, dan berbagai cerita menarik tentang keunikan sebuah kota kecil dikaki gunung Slamet. Berhubung ini adalah proyek blog pertama bagi penulis, penulis menyadari bahwa blog ini masih sangat banyak kekurangan, penulis sangat berharap para pengunjung untuk senantiasa memberikan masukan-masukan. Setiap masukan oleh pengunjung akan sangat berguna bagi kemajuan blog ini.
Terimakasih

Kamis, 28 Agustus 2008

Kompor Bahan Bakar Air dari Banyumas

Kompor Berbahan Bakar Air …!!!!!
ngGa BOoong tuch… ya engga-lahhh Emang sby yg bikin proyek blue energy controversial and ga jelas gitu itu.. ini nyata lho..
Yach, Cuma ada di Banyumas. Adalah bapak Sinung Raharja, warga Desa Kalibagor, Banyumas yang begitu ulet melakukan penelitian selama 4 tahun mengembangkan kompor berbahan bakar air dan hasilnya pun sangat mengejutkan ditengah mahalnya harga bahan bakar minyak bapak Sinung Raharja, warga Desa Kalibagor berhasil mengembangkan kompor yang berbahan bakar utama air. Bahan yang digunakan untuk membuat kompor ini sangat sederhana. Cara kerja kompor buatan Sinung berdasarkan penguapan air dan minyak tanah. Gas yang timbul kemudian dibakar dan diperkuat dengan filamen seperti pada lampu bohlam. Dengan bantuan satu sendok minyak tanah, kompor ini menghasilkan api selama satu jam tanpa henti dan tanpa menimbulkan jelaga layaknya kompor minyak tanah pada umumnya.
Ini dia baru revolusi bidang energy. Semoga penemuan ini bisa dipakai untuk mengatasi krisis energy yang selama ini menderat kita semua..
Selamat dan sukses terus Bapak Sinung Raharja yang telah bekerja keras membuat penemuan yang begitu bermanfaat ini.
Lihat Video-nya di: http://www.liputan6.com/news/?id=151398&c_id=7

Sabtu, 05 Juli 2008

Letak Geografis Kabupaten Banyumas

Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya & merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108° 39' 17'' sampai 109° 27' 15'' & di antara garis Lintang Selatan 7° 15' 05'' sampai 7° 37' 10'' yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah : 
Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. 
Sebelah Selatan: Kabupaten Cilacap 
Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes 
Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara

Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman & pekarangan, dan seba-gian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif. Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.

Kamis, 03 April 2008

Wisata Kuliner

WISATA KULINER YUKH
Mau wisata kuliner??,,.. Mau nyobain macam-macam keripik tradisional yang rasanya pasti guuuiiiriiihh!!!. Banyumas boleh dicoba tuch, kota tujuan yang tepat buat ngerasain makanan tradisional yang nikmat and mantab. Cobalah datang ke Sokaraja anda akan mendapatkan berbagai macam keripik aneka rasa, ada keripik singkong, keripik Lanting, keripik pisang, keripik udang yang beraneka bentuk dan macam rasa tersedia disana. Anda juga dapat menikmati makanan tradisional yang tidak mungkin anda jumpai ditempat lain yaitu Sroto Sokaraja dan Mendoan Banyumas. Ini emang khasnya banyumas dijamin kaga bakalan ada ditempat lain. Sroto sokaraja berbeda dengan soto-soto lainnya, sroto ini memang cukup unik terbuat dari ketupat dipotong-potong ditambah bihun yang lembut dicampur dengan ayam suir bumbu khas disiram kuah sroto bumbu khusu pake sambal kacang ditaburi bawang goreng dan kerupuk wuiiihhh sedapnya sroto banyumas. Sambil menunggu pesanan sroto dihidangkan anda bisa menikmati mendoan panas khas Banyumas yang pasti rasanya gurih.
Mau..mauuuu... donkkk.
Datang aja ke- Banyumas yach.

Kamis, 24 Januari 2008

Baturaden

BATURRADEN
Jika anda menyukai Wisata Alam pegunungan dengan hutan yang masih sangat asri dan alami, udara yang begitu sejuk dan pancuran Air Panas Alam gunung berapi, maka tepat sekali jika Obyek Wisata Alam Baturaden pilihannya.
Lokawisata Baturraden terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18' Celcius - 25' Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa. Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan. Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen.
Taman Rekreasi di Baturraden menyajikan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang "Pancuran-3". Di tempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang.Tempat pemandian air panas, Kintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala

Hari Jadi Banyumas


RISALAH SEKITAR HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS
Disusun oleh : PANITIA KHUSUS HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS

NO. N A M A JABATAN
1. M. KARSIDI KETUA
2. M. JUSUF M. WAKIL KETUA
3. SOENARTO MARTOWIJOTO PELAPOR
4. SUHARTO ABDUL AZIS ANGGOTA
5. KADI ARSAMENGGALA ANGGOTA
6. SOENARTO, BcHk ANGGOTA
7. SOEDARIS ANGGOTA
8. SOEMEDI, BSc ANGGOTA
9. HADI SUTIKNO ANGGOTA

MASA BHAKTI TAHUN 1987-1992
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANYUMAS
RISALAH SEKITAR HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN
Sudah sewajarnyalah masyarakat Kabupaten Banyumas ingin mengetahui
mulai kapankah Kabupaten Banyumas ini dibangun dan siapakah orang yang
pertama kali membangun sebagai pendiri Kabupaten Banyumas yang tentu
saja mempunyai kepribadian khusus yang dapat menumbuhkan rasa bangga
diri dan ingin meneladani sikap dan perbuatan serta patriotismenya.
Tentu saja yang diinginkan adalah waktu silam yang setua mungkin dan Indonesia sentris.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
menyadari bahwa sampai dengan tahun 1988 secara resmi Kabupaten
Daerah Tingkat II Banyumas belum mengetahui kapan Hari Jadi Kabupaten
Banyumas dan siapakah Adipati I (Bupati I Kabupaten Banyumas). Dengan
kesadaran inilah maka DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
membentuk dan menugaskan kepada Panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten
Banyumas untuk mencari Hari Jadi Kabupaten Banyumas tersebut dengan
SK DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
Nomor : 172/09/1988 tanggal 11 Oktober 1988.
Disamping SK Dewan tersebut, DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II
Banyumas juga meminta bantuan kepada Sdr. Drs MM. Sukarto K. Atmodjo
dari Sub Balai Arkeologi Nasional di Yogyakarta dengan suratnya tangal 30
Nopember 1988 Nomor : 170/1335/51-88 agar beliau bersedia membantu
Panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang telah dibentuknya.
Dengan dasar SK tersebut maka Panitia Khusus yang terdiri dari 9 orang
anggota Dewan dan dibantu oleh pakar arkeologi dari Yogyakarta mulailah
melaksanakan tugasnya dengan jalan :
1. Wawancara dengan tokoh masyarakat dan budayawan, terutama yang
diduga masih keturunan atau ahli waris dari Adipati I (Bupati I Kabupaten
Banyumas).
2. Melaksanakan research lapangan dan perpustakan, terutama naskahnaskah
kuno.
3. Melaksanakan pengeboran dan penggalian (ekskavasi).
4. Mencari data di luar daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang
diduga masih ada keterkaitan dengan berdirinya Kabupaten Banyumas.
5. Menyelengarakan seminar pada tangal 14 Nopember 1989.
Dari hasil tersebut kemudian diolah dengan sistematika sebagai berikut :
I. Pendahuluan.
II. Bab I
Beberapa kriteria pokok penentuan Hari jadi, Sumber dan Mitologi atau
dongeng yang tersebar di masyarakat.
III. Bab II
A. Tempat awal pemerintahan dan nama Banyumas.
B. Hubungan antara Mataram I, Majapahit, Pakuan Pajajaran, Pajang dan
Banyumas.
C. Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat)
IV. Bab III
1. Kesimpulan.
2. Penutup.
Kami buat sistematika semacam itu dengan harapan semoga para pembaca
dapat dengan mudah mempelajari dan memahaminya.
II. BAB I
Beberapa kriteria pokok penetuan Hari Jadi, Sumber dan Mitologi serta
Dongeng yang tersebar di masyarakat.
Penentuan Hari Jadi suatu daerah, kota atau kabupaten harus
memperhatikan beberapa kriteria pokok antara lain :
1. Dicari yang setua mungkin.
2. Mampu menimbulkan rasa bangga (pride) penduduk dan warga
masyarakat seluruhnya.
3. Mempunyai ciri khas atau identitas yang jelas, misalnya sifat gotong
royong, tolong menolong, kesetiaan kepada Pemerintah (raja, pemimpin),
pejuang yang heroik, cinta kasih, ksatria, altruisme (memikirkan orang lain
tidak mementingkan diri sendiri), tidak serakah dan bersifat pinandhita
serta wicaksaneng naya (bijaksana dalam memimpin).
4. Bersifat Indonesia sentris dan bukan Neerlande sentris, artinya menjadi
Adipati/Bupati bukan diangkat oleh Gubernur Jenderal Belanda, tetapi
diangkat oleh Pemerintah/Raja yang berkuasa sebelum datangnya
Belanda tersebut.
Untuk memenuhi kriteria tersebut, sumber prasasti (epigraf) dan naskah
kuno (manuskrip) yang langsung berkaitan dengan Banyumas atau
Wirasaba dan atau langsung yang berkaitan dengan Adipati Marapat
(R. Djoko Kahiman atau Adipati Wirasaba VII) sampai sekarang belum
dapat diketemukan.
Adipati Marapat inilah yang membagi daerah kekuasaan Wirasaba dibagi
menjadi 4 daerah diberikan kepada Saudara-saudaranya yaitu :
1. Bandjar Pertambakan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo;
2. Merden kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo;
3. Wirasaba kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo dan
4. Beliau sendiri sebagai Adipati Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo
Oetomo II kembali ke daerah asalnya yaitu Kejawar (Banyumas).
Perlu diketahui bahwa walaupun tiga saudara dari Wargo Oetomo II diberi
wilayah/daerah, tetapi ketiga Saudara tersebut tetap tunduk kepada Adipati
Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh Sultan Pajang.
III. BAB II
A. Tempat awal pemerintahan dan nama Banyumas.
Menurut penelitian, maka hutan Mangli daerah Kejawar sebagai tempat
pertama dibangunnya pusat pemerintahan Adipati Wargo Oetomo II
setelah meninggalkan Wirasaba.
Menurut riwayat yang juga dipercayai masyarakat, beliau menerima wisik
supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan
Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud ; yaitu di
sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas.
Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat
pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar. Ketika
sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan
pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon
tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari
Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten
Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba.
Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi
pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya
melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu
Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru.
Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu),
maka pusat pemerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama
Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
B. Hubungan antara Mataram I, Majapahit, Pakuan Pajajaran, Pajang dan
Banyumas.
Perlu diterangkan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
hubungan disini terutama kaitan antara daerah Banayumas dengan
beberapa negara (kerajaan) sebelumnya.
Banyumas bukannya timbul secara tiba-tiba, tetapi mempunyai alur yang
cukup panjang.
Dalam cerita babad terkaitlah sejarah Banyumas dengan Majapahit
(Raden Aria Baribin) dan Pakuan Pajajaran, tetapi keterkaitannya
dengan Mataram I (Mangli) tidak tercatat. Bahkan masyarakat
mengira/mungkin hanya mengetahui bahwa Banyumas baru tampil di
panggung sejarah sejak Raden Djoko Kahiman (Wargo Oetomo II)
mendirikan Banyumas sekitar tahun 1582 M.
Tetapi berdasarkan data arkeologi ternyata daerah DAS Serayu telah
tampil dalam sejarah sejak zaman Nirloka (Prehistori, temuan artefak
batu berupa kapak neolotikum) dan juga zaman Mataram I (temuan
prasasti, perhiasan mas dan arca batu).
Pada zaman Mataram I, bangunan Serayu pasti merupakan jalur lalu
lintas perdagangan sungai yang ramai. Banyak pedagang yang hilir
mudik melintasi sungai Serayu.
Hubungan Banyumas dengan Majapahit dan Pakuan Pajajaran,
diuraikan dalam Babad Banyumas, yaitu Raden Aria Baribin putra
Brawidjaja IV (adik Brawidjaja V) pergi meninggalkan Majapahit, karena
akan dibunuh secara diam-diam oleh kakaknya sendiri yaitu Brawidjaja V
karena dikhawatirkan kalau-kalau akan merebut kekuasaan. Dalam
perjalanannya menuju Pakuan Pajajaran beliau singgah di Bagelan dan
bermalam di rumah Ki Ageng Kaleng, kemudian terus ke Ngayah dan
melanjutkan ke Kejawar singgah di rumah Ki Ageng Mranggi (orang tua
Raden Djoko Kahiman). Dari Kejawar kemudian melanjutkan
perjalanannya menuju Pasir Luhur dan baru meneruskan ke Pakuan
Pajajaran menjadi seorang petapa yang terkenal dengan nama Raden
Aria Baribin Pandhita Putra.
Hubungan antara Banyumas dengan kerajaan Pajang yang sudah
beragama Islam sudah cukup jelas, karena Adipati Wargo Oetomo II
diangkat oleh Sultan Pajang yaitu Hadiwidjaja yang meninggal pada
tahun 1587 M, menjadi Adipati Wirasaba VII yang kemudian pindah ke
Kejawar (hutan Mangli).
Selanjutnya Kadipaten (Kabupaten) Banyumas menjalin hubungan
dengan kerajaan Mataram II (Islam).
C. Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat).
Riwayat Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra
Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh
dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Kejawar.
Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai
Mranggi adalah Njai Ngaisah.
Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada
Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan
akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I,
dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar
mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa
ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang
bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan
dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah
dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai
sebelum berkumpul.
Sakit hati Ki Ageng Tojareka kemudian membuat fitnah yang
menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya
membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian
terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang,
kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya
membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun
sudah terlambat.
Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga
terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau
di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang
masuk wilayah Purworejo Klampok.
Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra
Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, namun
semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap,
akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan
dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan
Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi
Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk
menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalah
pahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten
Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin
mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau adalah anak
mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah
kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah.
Menurut penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun
diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba VII yang
bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12
Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M.
Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah
diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah
kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo.
3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo.
4. Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud
mulai membangun pusat pemerintahn yang baru.
Ketiga saudaranya berterimakasih dan tetap tunduk kepada Adipati
Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh Sultan Pajang.
IV. BAB III
A. Kesimpulan .
Dari uraian tersebut diatas, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hari Jadi Kabupaten Banyumas adalah hari Jumat Kliwon, tanggal 12
Rabiul awal 990 Hijriyah bertepatan dengan 6 April 1582 Masehi.
2. Adipati I (Bupati I Banyumas) ialah Raden Djoko Kahiman putra
Banjaksosro dari Pasir Luhur yang kemudian diambil anak angkat oleh
Kjai Mranggi Semoe di Kejawar, menjadi menantu Adipati Wirasaba
(Adipati Wargo Oetomo I) kemudian diangkat menjadi Adipati
Wirasaba VII oleh Sultan Pajang, yang akhirnya membagi wilayah
kekuasaan Wirasaba menjadi empat daerah, sehingga beliau terkenal
dengan sebutan Adipati Marapat.
3. Daerah yang pertama kali dibangun sebagai pusat pemerintahan ialah
hutan Mangli daerah Kejawar dan sekarang terletak di Desa Kalisube
Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas.
B. Penutup.
Demikianlah risalah ini kami susun dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dengan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan tentang Hari
Jadi Kabupaten Banyumas.
Purwokerto, Jumat Kliwon 16 Pebruari 1990
PANITIA KHUSUS
HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS
DPRD KABUPATEN DATI II BANYUMAS
PARA ADIPATI DAN BUPATI
SEMENJAK BERDIRINYA KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 1582 S/D SEKARANG
1. R. Djoko Kahiman, Adipati Warga Utama II
2. R. Ngabehi Merta Sura (1860)
3. R. Ngabehi Merta Sura II, Ngabehi Kalidethuk (0601 - 1620)
4. R. Adipati Mertayuda I, Ngabehi Bawang (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II, R.T Seda Masjid/RT. Yudanegara I (1650 -
1705)
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 - 1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II, RT. Seda Pendapa (1745)
8. R. Tumenggung Reksa Praja (1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan
Yogyakarta dan bergelar Danureja I
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1780)
11. R. Tumenggung Tejakusuma, Tumenggung Keong (1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 - 1830)
Kanoman : R. Adipati Broto Diningrat (RT. Martadireja)
14. RT. Martadireja II (1832 - 1882) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang)
15. R. Adipati Cokronegara I (1832 - 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 - 1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadiredja III (1879 - 1913)
18. KPAA Ganda Subrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. RE. Budiman (1953 - 1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 Januari 1957 s/d 15 Desember 1957)
23. R. Bayu Nuntoro (15 Desember 1957 - 1960)
24. R. Subagyo (1960 - 1966)
25. Letkol Inf. Soekarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Pudjadi Jaring Bandayuda (1971 - 1978)
27. Kol. Inf. RG. Rudjito (1978 - 1988)
28. Kol. Inf. Djoko Sudantoko, S.Sos. (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM. Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - sekarang)

Kamis, 17 Januari 2008

Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum'at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).

Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.

Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II
2. R. Ngabei Mertasura (1560)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1561 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - sekarang)